Untuk Cahaya Mentari Yang Selalu Menyinari Bumi

18.00.00

Aston Tropicana

Untuk cahaya mentari yang selalu menyinari Bumi di pagi hari dan kenangan yang selalu menyertai....

Pernahkah disuatu pagi kalian duduk dibawah sinar matahari yang cerah ditemani seuntai bunga mawar merah yang mendadak menjadi layu akan tetapi tetap terlihat indah dan wangi?

Saya Pernah!

Bukan karena bentuk dan layunya bunga itu, tapi karena kenangan yang ada bersamanya. Kadang kenangan dan pengalaman itu berbeda sangat tipis, karena kita hanya bisa merasakannya. Bahkan saat dia terurai bersama angin musim gugur yang setiap tahun mendatanginya.

Mendekatlah karena saya akan mendongeng sebuah kisah dan kenangan saya kepada kalian tentang seuntai bunga mawar yang indah. Mungkin juga akan saya selipkan sebuah bait lagu yang mungkin sudah saya dengarkan ribuan kali.

Ah, matahari sudah mulai berganti malam rupannya. Sudah waktunya bercerita.

Terimakasih pada angka dua belas dalam kalender yang memulai kisah ini

PART 1

MARET tahun 2015……

Ini adalah perjalanan paling jauh dalam kisah hidup saya selama 20 tahun ini, terhitung tidak ada seminggu tapi kenangan di dalamnya sudah meresap jauh masuk kedasar hati dan nurani. Saya pergi jauh dari kota kelahiran saya di Bojonegoro ke Bandung dengan menempuh waktu kurang lebih 15 Jam perjalanan. Dengan menggunakan Kereta Api saya berangkat pulang pergi dari Jakarta ke Bandung dan dari Bandung ke Bojonegoro yang memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Stasiun Bojonegoro
Hampir setengah hari waktu saya duduk diatas kereta yang lumayan bikin bete dan rasanya ingin cepat sampai. Kalau boleh jujur, Bandung merupakan tempat yang paling saya idam-idamkan untuk didatangi dan memang, tuhan selalu mempunyai rencana lain untuk mengantarkan kita kepada apa yang kita inginkan, bahkan semua yang terjadi kadang jauh dari apa yang kita fikirkan.

Bermodal nekat karena kondisi sehari sebelumnya sempat drop dan sempat istirahat 2 hari di kasur tanpa bergerak sedikitpun dan mendapatkan tentangan dari orang-orang tersayang untuk tidak berangkat kesana, tapi pada akhirnya hati nurani ini tetap menyuruh untuk pergi. Kereta melaju dengan begitu cepat dan nggak terasa ternyata jarum jam sudah menunjukkan diangka 7 dan perkiraan dari jadwal seharusnya kita sudah sampai di Stasiun Pasar Senen, ternyata molor setengah jam dari jadwal yang ditentukan.

Buru-buru saya keluar dari gerbong kereta menuju pintu keluar stasiun yang letaknya lumayan jauh dari tempat kaki ini pertama kali menapak di tanah ibukota negara. Tengak-tengok kesana kemari mencari seseorang yang memang sudah janjian jauh sebelumnya, karena memang tidak tau bagaimana kondisi lalu lalang ibukota ini akhirnya ada yang menjemput di stasiun kereta.

Seorang pria muncul dari arah berlawanan dan berlari menghampiri.

Badannya tinggi besar dengan hidung mancung dan berkacamata. Wajahnya sudah tidak begitu asing karena sudah beberapa kali bertemu.

“Pagi Eyang,” sambil berjalan dan mencium tangannya.

“Pagi” sudah sarapan? Katanya mau makan bakmie? Eyang Anjari menyapa sambil bertanya pertanyaan yang sebenarnya hanya lelucon di dalam salah grup Whatsapp yang sedang membahas salah satu merek Handphone :D

Setelah 5 menit istirahat dan makan kue donat akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung menggunakan mobil, sebenarnya kami masih menunggu satu orang lagi, tapi ternyata dia baru sampai di Tangerang. Karena takut waktunya nggak keburu, akhirnya kami memutuskan untuk lebih dulu berangkat ke Bandung.

Jalan Tol Bandung
Setelah 3 jam perjalanan menyusuri jalan tol yang lumayan panjang akhirnya “ Welcome to Bandung” yeayyyy. Sesampainya di Hotel Aston Tropicana, disana langsung disambut oleh teman-teman Blogger dari berbagai daerah yang sudah berkumpul.

Adalah Sahabat JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional ) yang hari itu mengadakan acara dengan tema “Temukan, Obati, dan Sembuhkan Pasien TB ( Tuberkolosis ) dengan jumlah peserta 40 orang blogger.

Tuberkolosis atau lebih dikenal dengan TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB paling sering menyerang paru-paru namun dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti selaput otak, mata, hati, usus, kelenjar getah bening, tulang dan lainnya.

TB bukan penyakit turunan, bukan disebabkan oleh kutukan dan bukan pula karena guna-guna.

Banyak sekali hal yang spesial di hari pertama workshop. Bertemu dengan saudara-saudara blogger yang dulu hanya bisa melihatnya di dunia online tanpa pernah bertegur sapa secara langsung.

Ada salah satu diantara mereka yang selalu mencuri perhatianku, salah satu Blogger yang smart, energik, dan selalu tampak bahagia dari raut wajahnya. Adalah Ayu Oktariani salah satu orang yang Hidup dengan HIV atau biasa disebut ODHA. Dia juga salah satu blogger aktif dan salah satu pengelola akun @ODHAberhaksehat.

Ayu Oktariani
Selama ini kita masih mengedepankan stigma bahwa orang penderita TB dan HIV itu adalah salah satu penyakit memalukan yang harus kita hindari supaya kita tidak tertular, tapi apakah kalian tau bahwa perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang jauhh sekali dari azaz kemanusiaan.



Sudah saatnya kita mengubah mindset kita dengan sedikit bisa lebih menghargai orang-orang yang berada disekeliling kita, entah orang itu sakit ataupun sehat, karena kalian baru akan merasakannya ketika kalian berada di dalam posisi mereka saat ini, Jadi…yukk kita mulai dari kesadaran diri sendiri dan orang lain supaya bisa bersikap lebih baik pada para pejuang TB.

Entah sudah jam berapa saat itu, dengan kondisi kantuk yang mulai menjalari mata, samar-samar saya mendengar sebuah suara, yang asalnya dari luar tanpa berani melihatnya secara pasti karena bulukuduk sudah mulai merinding duluan.

Baca Kisah Selanjutnya Lebih Dekat Dengan Pejuang TB

You Might Also Like

10 komentar

  1. bojonegoro - bandung 15 jam ya mak? wah lumayan juga ya...

    BalasHapus
  2. hihihi perjalanan yang cukup melelahkan sepertinya. Duh kalo aku ngerasain ngebujuk perokok berhenti merokok tuh susaaahhhh banget, padahal ngeri kena TB :(

    BalasHapus
  3. Iya betul, masih banyak masyarakat yang menilai buruk ttg TB dan HIV, jangan ngejauhin penderita TB atau HIV ahh, mereka kan butuh dukungan untuk sehat.

    BalasHapus
  4. stigmatisasi terkadang lebih berat dari penyakitnya sendiri...semoga banyak yang makin sadar akan hal ini..

    BalasHapus

Jangan Lupa Comment and Share yah ^.^ Thankq

Pinterest

Blogger Bojonegoro

Member Of

Emak2 Blogger