Dari Ujung Ke Ujung Edisi Samin
21.16.00
"Kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan”, begitu bunyi
sebuah filosofi Yunani Kuno. Sepertinya ungkapan tersebut cocok
dilabelkan pada sebuah desa sederhana namun menyimpan kecantikan
tersendiri, desa Margomulyo, tepatnya di dusun Jepang. Memang cantik adalah sesuatu yang relatif
tetapi bagi Anda yang menyukai kesederhanaan sebuah desa yang menyimpan banyak sekali sejarah yang
jauh dari gemerlap kota berikut mall dan gedung pencakar langitnya maka
berkunjung ke Dusun Jepang dapat menjadi hiburan serta memperkaya pengetahuan anda.
Saat Anda bepergian ke suatu daerah baru, adalah menarik juga untuk mengenal budaya dan sekelumit kehidupan masyarakat di sekitarnya. Oleh karenanya, jalan-jalan di perkampungan penduduk asli yang menghuni di sekitar kawasan budaya tentulah akan menjadi pengalaman yang mengesankan. Apalagi sejak dulu Indonesia memang terkenal memilki keragaman budaya dan adat istiadat yang dapat menjadi suguhan wisata serta memperkaya pengalaman Anda.
Dusun Jepang masih memegang teguh serangkaian peraturan adat-istiadat. Oleh karena itu, saat memasuki kawasan ini, hormatilah budaya mereka dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dianggap melanggar aturan adat.
Dusun Jepang masih memegang teguh serangkaian peraturan adat-istiadat. Oleh karena itu, saat memasuki kawasan ini, hormatilah budaya mereka dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dianggap melanggar aturan adat.
Dari tadi saya berbicara panjang lebar tentang dusun Jepang, memangnya ada apa dengan dusun ini?. Ya, bagi sebagian orang pasti sudah tau tentang cerita yang luar biasa dari dusun ini. Di dusun ini ada salah satu suku yang bernama "SAMIN". Ajaran Saminisme secara sederhana bisa diartikan sebagai ajaran kejujuran untuk mencapai kemuliaan.
Pelopor SAMIN / Generasi Pertama |
Generasi Ke 3 |
Generasi Ke 4 |
Selama 2 hari 1 malam 09/10/2014 - 10/10/2014 Komunitas Blogger Bojonegoro mengadakan acara di Kecamatan Margomulyo. Kami mendapatkan sambutan yang luar biasa dari Bapak Camat beserta jajarannya yang memfasilitasi kami tempat menginap di salah satu ruang di kantor Kecamatan Margomulyo.
Berangkat jam 3 sore dari kota Bojonegoro disertai dengan mendung dan gerimis yang sejenak turun. Tapi kami tetap melanjutkan perjalanan menuju arah barat yang lumayan cukup jauh. Tapi rasa jauh dan capek itu sejenak sirna, ketika kebersamaan yang terjalin malam itu benar-benar luar biasa.
Pagi hari di 10 November 2014, yang juga bertepatan dengan Hari pahlawan. Kami menyempatkan diri untuk berbagi dengan generasi penerus kami di SMPN Margomulyo 1 dengan materi Internet Sehat dan Sosial Media. Antusias yang luar biasa terlihat dari pancaran wajah adik-adik kami waktu itu.
Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju ke Dusun Jepang untuk bertemu dengan sesepuh Suku Samin atau bisa juga disebut Sebagai Pejuang Samin untuk bersilaturahim dan sekaligus mencari pengetahuan baru di rumah mbah Hardjo Kardi.
Dengan bahasa Krama Halus yang membuat pemahaman koneksi bahasa saya terputus, tapi sedikit-sedikit mengertilah apa yang dikatakan oleh beliau. Ajaran sedulur Sikep (sebutan Suku Samin) selama ini yang mengajarkan, agar jangan pernah menyakiti orang lain, kalau tidak ingin disakiti.Dan harus saling hormat-menghormati sesama manusia di dunia, dan jangan pernah mengambil apapun yang bukan haknya. Juga, beberapa ajaran lain yang mengikat masyarakat agar tidak berbuat kejahatan.
Komunitas Samin yang hingga kini tinggal generasi akhir di Bojonegoro mengajarkan betapa menghadapi hidup adalah kesederhanaan kejujuran, berprinsip yang benar dan lurus. Capaian hidup sesungguhnya tidak harus berada di puncak. Tapi, bagaimana menghargai dan menghormati antara sesama. Jabatan dan pangkat seperti mitos: begitu diburu ia akan menghindar.
Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko.
Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko.
Acara terakhir Dari Ujung Ke Ujung kali ini ditutup dengan mendatangi tempat proses pembuatan kerajinan akar jati di Desa Geneng. Tepatnya dirumah Yuli Winarno, ketua paguyuban limbah akar terkait proses pembersihan, pengolahan hingga siap dipasarkan.
Perjalanan yang luar biasa, semoga Dari Ujung Ke Ujung selanjutnya lebih seru dan lebih menantang.
SALAM BLOGGER
5 komentar
hore mbk nova rek eksene lo kyo wong aeeeeeee glodakkkkk
BalasHapusogak wong yo mosok setan sul
HapusHahaaa hebat
BalasHapuswaaa kapan ke sini lagi mbak ? :D
BalasHapusyukkkk berangkat
HapusJangan Lupa Comment and Share yah ^.^ Thankq